Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..
Baca episode 1 nya disini.
Episode 2 : Explore Ujung Genteng
Hari ke 2 - 30 Juni 2017 :
1. Pantai Ujung Genteng
Sebelum memulai petualangan dengan angkot Pak Adang, pada malam harinya sebelum tidur kami sepakat untuk menyaksikan sunrise di pagi harinya. Berdasarkan penelusuran si Pak Ketua (Mas Andi yang punya ide untuk ke ujung genteng), Pantai Cibuaya itu gak terlalu keliatan sunrise nya, jadi kami mencari pantai yang lebih bagus view nya. Ada warga yang bilang kalau kami bisa ke tempat pelelangan ikan. Dan dengan sotoynya kami mencari tempat tersebut.
Kami bangun pagi-pagi sekali waktu masih gelap (abis solat subuh langsung caw), empat kepala (Mas Andi, Mas Chan, Desi, dan Gw) karena Mba Lele merasa lelah dan masih mau nambah istirahat. Ketika keluar penginapan pantai cibuaya ada di sebelah kanan, maka kami berjalan ke arah yang berlawanan. Berbekal ke sotoy-an dan Google Maps yang signalnya ilang-ilangan, kami mencari tempat tujuan kami dengan jalan kaki.
Sepuluh menit pertama kami masih menemukan rumah-rumah penginapan di kanan dan kiri, lima menit berikutnya jalanan mulai gelap dan nggak kelihatan apa-apa. Kami harus menyalakan aplikasi senter yang ada di handphone kami untuk melihat jalan. Jalanan di depan kami mulai jelek dan berlubang-lubang, "Ini kita yakin gak nyasar?". Dan lima menit berikutnya kami sudah ada di jalan raya dan langit sudah mulai terang.
Wokeh, jadi kita harus kemana? Masih penasaran atau balik ke penginapan? Kalau kami balik ke penginapan, kami gak dapat apa-apa cuma pegal doang. Masih nekat dan kami ikutin Mas Andi jalan ke arah kanan, terserah ujungnya dimana. Sekitar lebih dari lima menit kemudian kami sampai di sebuah tanah kosong yang cukup luas dengan banyak tumbuhan ilalang yang tinggi. Tapi ajaibnya kami mendengar suara ombak.. rasanya kayak orang lagi dehidrasi di padang pasir terus ketemu aqua botol.
Kami berlari menuju suara ombak tadi dan benar saja kami sampai disebuah pantai yang tidak terlalu ramai dengan pasir putih dan tidak ada sampah. Jalan kaki tanpa tahu arah selama 30 menit terbayar sudah.
![]() |
| Pantai Ujung Genteng |
Setelah pulang dari Pantai Ujung Genteng, kami bersiap-siap, sarapan, kemudian naik ke angkot Pad Adang. Seperti yang sudah gw ceritakan di postingan sebelumnya (disini), kami menyewa angkot Pak Adang sampai esok hari kami akan pulang. Berbekal pengetahuan Pak Adang yang memang orang situ, kami duduk manis sampai ke tempat tujuan.
2. Curug Cikaso
Tujuan pertama adalah Curug Cikaso, Curug Cikasi adalah merupakan salah satu air terjun yang terletak di selatan Kabupaten Sukaumi. Air terjun ini juga dikenal sebagai Curug Luhur, namun nama Curug Cikaso lebih dikenal masyarakat sekitar dikarenakan aliran airnya berasal aliran airnya berasal dari anak Sungai Cikaso yaitu Sungai Cicurug (sumber : wikipedia)
Untuk menuju area air terjun kami bisa menempuh dua jalur yaitu naik getek dan jalan kaki. Karena masih tujuan pertama kami tidak keberatan untuk jalan kaki menuju air terjun. Kami melewati pematang sawah dan sedikit area mendaki, kurang dari 10 menit kami sudah sampai di dekat air terjun.
![]() |
| Curug Cikaso |
Lagi-lagi karena sedang musim liburan, tempat tersebut sangat ramai pengunjung. Ini merupakan salah satu berkah untuk penjual disana, tapi sayangnya gw menemukan sedikit area dengan tumpukan sampah. Selain itu di tempat tersebut ada tanda larangan berenang, tetapi gw menemukan beberapa orang yang bandel dan tetap nyemplung, sangat disayangkan.
Terlepas dari itu, disana banyak tempat untuk beristirahat dengan beberapa warung dan penjual minuman seperti es kelapa. Setelah sesi foto-foto selesai, kami memilih untuk menikmati keramaian sambil minum es kelapa.
Tiket Masuk : 15.000 (6 orang & 1 mobil)
Parkir : 15.000
3. Curug Cigangsa
Kebetulan hari itu adalah hari Jumat. Kami sudah tiba di lokasi Curug Cigangsa sebelum azan jumat, penduduk setempat memberikan info bahwa khusu hari Jumat area curug baru dibuka setelah solat Jumat. Maka kami memutuskan untuk menunggu solat Jumat selesai (Mas Chan dan Pak Adang pergi solat Jumat di mesjid dekat situ. Mas Andi, Mba Lele, Desi, dan Gw menunggu di warung).
Setelah solat Jumat dan solat Dzuhur, kami melanjutkan perjalanan. Yang tidak kami ketahui (atau mungkin cuma gw yang gak tahu) ternyata kami harus menuruni anak tangga yang cukup banyak untuk dapat sampai ke area air terjun. Perjalanan turun menuju curug selow gak ada hambatan, perjalanan naik?? Jangan tanya.. Lumayan buat olahraga.
![]() |
| Curug Cigangsa dari Atas |
Judulnya sama-sama curug, kenyataanya memang gak terlalu beda antara Curug Cikaso dan Curug Cigangsa, sama-sama air terjun. Tapi Curug Cigangsa lebih sepi dan lebih bersih. Entah karena waktu kami sampai disana memang bukan jamnya wisatawan datang atau memang selalu sepi seperti itu?Dan seperti biasa, sesi foto-foto pun dimulai.
![]() |
| Curug Cigangsa |
4. Villa Amanda Ratu
Konon katanya, di daerah ujung genteng ada satu tempat yang keindahannya mirip dengan Tanah Lot di Bali. Namanya adalah Villa Amanda Ratu. Hal ini membuat kami penasaran dan menjadikannya salah satu tujuan yang ingin kami sambangi. Dari jalan raya menuju ke dalam villa cukup jauh, untungnya ada angkot Pak Adang jadi kami tidak perlu jalan kaki.
![]() |
| Villa Amanda Ratu |
Dan seperti inilah penampakan pantai di Villa Amanda Ratu. Kita bisa berjalan lebih dekat ke arah laut dengan melewati anak tangga yang ada disana tapi jika kalian turun sampai ke ujung, kalian tidak akan menemukan pasir pantai karena yang ada adalah pinggiran tebing. Saran gw, jangan terlalu lama ada di sana karena anginnya kenceng banget, bisa bikin masuk angin. Dan kalau ditanya mirip atau enggak sama Tanah Lot, bisa dibilang agak mirip tapi enggak begitu mirip juga.
Tiket Masuk : 15.000 (6 orang & 1 mobil)
5. Pantai Pangumbahan (Penangkaran Penyu)
Destinasi terakhir kami di hari itu adalah Pantai Pangumbahan. Kami sampai ke Pantai Pangumbahan kira-kira pukul 4 sore. Kami solat terlebih dahulu di musholla dekat situ (saran gw, buat yang muslim sebaiknya bawa perlengkapan solat sendiri karena disana mukenanya cuma sedikit).
Jalan masuk ke area pantai adalah tempat penangkaran penyu hijau. Kami melewati kandang kecil kemudian beberapa pohon (yang gw lupa itu pohon apa, yang jelas pohonnya tinggi). FYI, Desi dan Mas Andi excited banget mau kesini (menurut gw) mereka bilang pantainya bagus banget. Dan itu cukup bikin gw penasaran. Karena sebelum keluar dari area pepohonan, suara ombak yang sangat kencang terdengar di kuping gw. Dan ketika gw sampai di sumber suara, benar saja, tempat itu indah banget.
![]() |
| Kandang Penyu ? (di Samping Pintu Masuk) |
Tidak lama kemudian acara pelepasan penyu pun di mulai. Penyu-nya kecil-kecil banget imut segede jempol gw. Penyu-penyu tersebut di sebar di pinggir pantai dan mereka berjuang menuju air. Sayangnya gak ada satupun foto yang bisa gw abadikan terkait momen ini. Karena balik lagi ke faktor musim liburan, jadi pengunjungnya banyak banget dan mereka mengerubungi penyu-penyu tersebut. Adik-adik penyu tersebut seketika jadi artis cilik.
![]() |
| Sunset di Pantai Pangumbahan |
to be continue..







0 comments:
Posting Komentar